Recent Posts

    MAKALAH KEGIATAN PENDUKUNG LAYANAN BIMBINGAN KONSELING

    Hasil gambar untuk KEGIATAN PENDUKUNG LAYANAN BIMBINGAN KONSELING

    BAB 1
    PENDAHULUAN

    A.      Latar Belakang
    Masalah pelayanan bimbingan dan konseling merupakan bagian yang tidak terpisahkan (integral) dari keseluruhan program pendidikan. Program bimbingan menunjang tercapainya tujuan pendidikan yaitu perkembangan individu secara optimal. Oleh karena itu, kegiatan bimbingan dan konseling harus diselenggarakan dalam bentuk kerjasama sejumlah orang untuk mencapai suatu tujuan. Kegiatan itu harus diselenggarakan secara teratur, sistematik dan terarah atau berencana, agar benar-benar berdaya dan berhasil guna bagi pertumbuhan dan perkembangan siswa.Bimbingan merupakan bantuan kepada individu dalam menghadapi persoalan-persoalan yang dapat timbul dalam hidupnya. Bantuan semacam itu sangat tepat jika diberikan di sekolah, supaya setiap siswa lebih berkembang ke arah yang semaksimal mungkin.
    Dalam pemberian kegiatan pendukung bimbingan konseling bahwa kegiatan pendukung bimbingan konseling meliputi aplikasi instrumen bimbingan konseling, penyelenggaraan himpunan data, dan kegiatan khusus. Dalam ketiga kegiatan pendukung bimbingan konseling tersebut dilakukan agar setiap permasalahan yang dihadapi siswa dapat diselesaikan sehingga tidak menggangu jalannya proses pembelajaran. Dengan demikian siswa dapat mencapai prestasi belajar secara optimal tanpa mengalami hambatan dan permasalahan pembelajaran yang cukup berarti. Berdasar latar belakang tersebut, makalah ini akan membahas tentang kegiatan pendukung bimbingan dan konseling.

    B.       Rumusan Masalah
          1.   Apa pengertian kegiatan pendukung bimbingan dan konseling?
          2.    Apa saja macam-macam kegiatan pendukung bimbingan dan konseling ?

    C.      Tujuan
    1.    Mengetahui pengertian kegiatan pendukung dalam bimbingan dan konseling.
    2.    Mengetahui macam-macam kegiatan pendukung bimbingan dan konseling.



    BAB II
    PEMBAHASAN


    A.      Kegiatan Pendukung Bimbingan dan Konseling
    Menurut Prayitno dan Amti dalam (Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling 2009:315) Pelaksanaan berbagai jenis layanan bimbingan dan konseling memerlukan sejumlah kegiatan pendukung. Agaknya Memang benar bahwa alat dan kelengkapan yang paling handal dimiliki konselor untuk menjalankan tugas-tugas pelayanan ialah mulut dan berbagai keterampilan berkomunikasi, baik verbal maupun non verbal. Kegiatan pendukung bimbingan dan konseling adalah usaha untuk mengumpulkan data dan keterangan tentang diri peserta didik (klien) dan keterangan tentang lingkungannya, baik itu di lingkungan keluarga, sekolah, ataupun dilingkungan sekitarnya. Kegiatan ini dimaksudkan agar para pembimbing dan guru lebih mudah memahami potensi dan kekuatan, serta masalah yang dihadapi klien. dengan kegiatan pendukung ini diharapkan akan terkumpul data-data yang akurat yang dihadapi oleh seorang klien.
    Kegiatan pendukung pada umumnya tidak ditujukan secara langsung untuk memecahkan atau mengentaskan masalah klien melainkan untuk memungkinkan di perolehnya data dan keterangan lain serta kemudahan-kemudahan atau komitmen yang akan membantu kelancaran dan keberhasilan kegiatan layanan terhadap klien. Kegiatan pendukung ini umumnya dilaksanakan tanpa kontak langsung dengan sasaran layanan ( Hallen, 2000:89 )

    B.       Macam-Macam Kegiatan Pendukung Bimbingan dan Konseling
    Untuk menunjang kelancaran pemberian layanan-layanan perlu dilaksanakan berbagai kegiatan pendukung Dalam hal ini, terdapat tiga jenis kegiatan pendukung bimbingan dan konseling, yaitu:
    1.             Aplikasi Instrumen Bimbingan dan Kurikulum
    Aplikasi Instrumentasi adalah upaya pengungkapan melalui pengukuran dengan memakai alat ukur atau instrument tertentu atau kegiatan menggunakan instrumen untuk mengungkapkan kondisi tertentu atas diri siswa. Hasil aplikasi ditafsirkan, disikapi dan digunakan untuk memberikan perlakuan terhadap klien dalam bentuk layanan konseling.
    Instrumen bimbingan dan konseling digunakan dan dikembangkannya berbagai instrumen, baik berupa tes maupun non-tes.
    a.              Instrumen Tes
    Tes merupakan prosedur untuk mengungkapkan tingkah laku seseorang dan menggambarkan dalam bentuk skala angka atau klasifikasi tertentu (Cronbach, 1970). Dalam bentuk nyata tes berbentuk serangkaian pertanyaan (tertulis atau lisan) yang harus dijawab atau dikerjakan oleh orang yang di tes. Jawaban atau pengerjaan atas pertanyaan atau tugas dijadikan dasar untuk menentukan tingkat pengetahuan, kemampuan, keterampilan, sikap atau kualifikasi orang yang bersangkutan. Ada beberapa macam tes, seperti tes intelegensi, tes bakat, tes kepribadian, tes hasil belajar, tes diagnostik. Secara umum kegunaan berbagai tes itu ialah membantu konselor dalam:
    1)    Memperoleh dasar-dasar pertimbangan berkenaan dengan berbagai masalah pada individu yang di tes, seperti masalah penyesuaian dengan lingkungan, masalah prestasi atau hasil belajar, masalah penempatan atau penyaluran.
    2)    Memahami sebab-sebab terjadinya masalah diri individu.
    3)    Mengenali individu (misalnya disekolah) yang memiliki kemampuan yang sangat tinggi atau sangat rendah yang memerlukan bantuan khusus.
    4)    Memperoleh gambaran tentang kecakapan, kemampuan, atau keterampilan seorang individu dalam bidang tertentu.
                Berbagai hal yang dipeloleh konselor dari hasil tes dapat digunakan untuk menetapkan jenis layanan yang perlu diberikan kepada individu yang dimaksudkan.

    b.             Instrumen Non-Tes
    Instrument non tes meliputi berbagai prosedur, seperti pengamatan, wawancara, catatan anecdote, angket, sosiometri, dan inventori yang dibekukan ( Prayitno dan Erman Amti, 2004:319). Agar diperoleh hasil yang terandalkan, pengamatan dan wawancara dilakukan dengan mempergunakan pedoman pengamatan dan pedoman wawancara.
    a)      Pengamatan dan wawancara, dilakukan dengan mempergunakan pedoman pengamatan atau pedoman wawancara.
    b)      Catatan anekdot, hasil pengamatan, khususnya tingkah laku yang tidak biasa atau khusus yang perlu mendapatkan perhatian sendiri.
    c)      Angket dan daftar isian, untuk mengungkapkan berbagai hal, biasanya tentang diri individu, oleh individu sendiri.
    d)     Sosiometri, yakni untuk melihat dan memberikan gambaran tentang pola hubungan sosial diantara individu-individu dalam kelompok.
    e)      Inventori yang dibakukan, dapat diungkapkan berbagai hal yang biasanya merupakan pokok pembahasan dalam rangka pelayanan Bimbingan dan Konseling secara lebih luas, seperti pengungkapan jenis-jenis masalah yang dialami individu, sikap dan kebiasaan belajar siswa.

    2.             Penyelenggaraan Himpunan Data
    Menurut Prayitno dan Erman Amti, dalam (Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling 2004:320) Penyelenggaraan himpunan data yaitu kegiatan pendukung Bimbingan dan Konseling untuk menghimpun seluruh data dan keterangan yang relevan dengan keperluan pengembangan peserta didik (klien). Data yang telah terkumpul melalui berbagai teknik/prosedur untuk sejumlah individu perlu dihimpun secara cermat. Misalnya di sekolah, seorang konselor yang bertanggung jawab atas pelayanan bimbingan dan konseling untuk 150-200 orang perlu mengumpulkan data dalam jenis yang sangat bervariasi dan dalam jumlah yang cukup banyak. Seluruh data tersebut perlu dihimpun dan disusun menurut suatu sistem yang jelas, sehingga pemasukan dan pengeluarannya (untuk dipakai) dapat dilakukan dengan mudah dan tetap terpelihara. Himpunan data pribadi sering disebut dengan cumulative recorder.
    Data yang perlu dikumpulkan, disusun dan dipelihara meliputi data pribadi dan data umum. Data pribadi siswa di sekolah, misalnya meliputi berbagai hal dalam pokok-pokok berikut:
    a)      Identitas pribadi
    b)      Latar belakang rumah dan keluarga
    c)      Kemampuan mental, bakat dan kondisi kepribadian
    d)     Sejarah pendidikan, hasil belajar, nilai-nilai mata pelajaran
    e)      Hasil tes diagnostic
    f)       Sejarah kesehatan
    g)      Pengalaman ekstra kurikuler dan kegiatan di luar sekolah
    h)      Minat dan cita-cita pendidikan dan pekerjaan/jabatan
    i)        Prestasi khusus yang pernah diperoleh
    Data tersebut sering perlu dilengkapi dengan hasil-hasil pengamatan dan wawancara, catatan anekdot, hasil angket dan isian tentang hal-hal tertentu, hasil inventori khusus, misalnya tentang masalah-masalah yang dialami, sikap dan kebiasaan belajar, serta pelayanan yang pernah diterima masing-masing siswa.          
    Beberapa hal perlu mendapatkan perhatian dalam rangka penyelenggaraan himpunan data dan pemanfaatnnya secara optimal:
    1)      Materi himpunan data yang baik (akurat dan lengkap) sangat berguna untuk memberikan gambaran yang tepat tentang individu.
    2)      Data tentang individu selalu bertambah, berubah, berkembang dan dinamis.
    3)      Data yang terkumpul disusun dalam format-format yang teratur rapi menurut sistem tertentu.
    4)      Data dalam himpunan data itu pada dasarnya bersifat rahasia.
    5)      Mengingat bahwa data yang terkumpul cukup banyak, harus pula ditambah dan dikurangi sesuai dengan perkembangan, lagi pula pengeluaran data (untuk dipakai) dan pemasukannya kembali memakan waktu yang cukup banyak, konselor sering terjebak oleh pekerjaan rutin penyelenggara himpunan data itu.
    Selain berkepentingan dengan himpunan data pribadi siswa, konselor di sekolah perlu pula mengumpulkan data umum, yaitu data yang menyangkut berbagai informasi dan berbagai hal tentang “lingkungan yang lebih luas”. Data umum ini pada umumnya dipakai untuk layanan orientasi dan informasi, penempatan dan penyaluran. Pengumpulan data umum itu dapat dilakukan pengamatan, wawancara, angket ataupun daftar isian.
    Sedangkan data tentang berbagai aspek perkembangan dan kehidupan sejumlah siswa atau indivisu di luar sekolah dapat disebut data kelompok, misalnya gambaran umum tentang cita-cita pendidikan dan jabatan, masalah-masalah yang dialami, penyebaran prestasi belajar, sikap dan kebiasaan belajar, hubungan sosial antar anggota kelompok. Data ini bersifat umum juga, dalam arti bahwa dapat diketahui oleh pihak-pihak lain, asalkan tidak disebut nama atau identitas dari seseorang yang datanya ada di dalam kumpulan data itu. Data kelompok dapat dipergunakan untuk layanan tertentu, seperti layanan bimbingan belajar, bimbingan kelompok, konseling kelompok, dengan catatan, kerahasiaan setiap pribadi yang ada dalam data kelompok itu tetap terjaga denga sebaik-baiknya.  

    3.             Kegiatan Khusus
    Masih ada beberapa kegiatan khusus yang memerlukan perhatian konselor, khususnya konselor yang bekerja di sekolah, untuk dapat diselenggarakan dengan baik.Akan dibahas tiga kegiatan, yaitu: konferensi kasus, bimbingan ke rumah siswa, dan alih tangan klien.
    a.              Konferensi Kasus
    Konfersi kasus diselenggarakan untuk membicarakan suatu kasus. Di sekolah konfersi kasus biasanya diselenggarakan untuk membantu permasalahan yang dialami oleh siswa. Tujuan konfersi kasus ialah untuk:
    1)      Diperolehnya gambaran yang lebih jelas, mendalam dan menyeluruh tentang permasalahn siswa.
    2)      Terkomukasikannya sejumlah aspek permasalahan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dan yang bersangkutan, sehingga penanganan masalah itu menjadi lebih mudah dan tuntas.
    3)      Terkoordinasinya penanganan masalah yang dimaksud sehingga upaya penanganan itu lebih efektif dan efisien.
                Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai itu, maka pihak-pihak yang diundang dan diminta berpartisipasi secara aktif dan langsung dalam konfersi itu adalah:
    1)      Mereka yang berperan sangat menentukan bagi siswa yang bermasalah (seperti orang tua/guru)
    2)      Pihak yang diharapkan dapat memberikan keterangan ataupun masukan berkenaan permasalahan di atas
    3)      Pihak-pihak lain yang diharapkan dapat ikut memberikan kemudahan bagi penanganan masalah siswa.
    Dengan demikian tampak bahwa para peserta konfersi kasus itu sangat mungkin berasal dari latar belakang yang berbeda-beda, dengan wawasan yang berbeda, dan menghadiri konfersi itu dengan persepsi awal dan tujuan yang berbeda-beda pula. Oleh karena itu, sebelum pembicaraan tentang permasalahan dimulai, konselor perlu terlebih dahulu mengembangkan struktur pertemuan secara keseluruhan.
    Konfersi kasus untuk satu permasalahan dapat dilakukan dengan beberapa kail, sesuai dengan perkembangan penanganan masalah yang dimaksud. Untuk setiap pertemuan yang diadakan, konselor perlu membuat agenda yang jelas. Lebih jelas, laporan setiap penyelenggaran dan hasil-hasil setiap pertemuan juga perlu disusun. Hasil dan laporan konfersi kasus ini dimasukkan ke dalam himpunan data. 

    b.             Kunjungan Rumah
    Penanganan permasalahan siswa seringkali memerlukan pemahaman yang lebih jauh tentang suasana rumah atau keluarga siswa. Untuk itu perlu dilakukan kunjungan rumah. Kunjungan rumah tidak perlu dilakukan untuk seluruh siswa, melainkan hanya untuk siswa yang permasalahan menyangkut dengan kadar yang cukup kuat peranan rumah atau orang tua sajalah yang memerlukan kunjungan rumah. Lebih jauh, data atau keterangan tentang rumah orang tua boleh jadi juga tidak perlu diperoleh melalui kunjungan rumah oleh konselor. Cara yang lebih praktis untuk memperoleh data yang dikendaki itu, selain melalui wawancara secara langsung dengan siswa yang bersangkutan, ialah melalui wawancara dengan orang tua yang dipanggil datang ke sekolah.
    Kegiatan kunjungan rumah, dan juga pemanggilan orang tua ke sekolah, setidak-tidaknya memiliki tiga tujuan utama, yaitu:
    1)      Memperoleh data tambahan tentang permasalahan siswa, khususnya yang bersangkut paut dengan keadaan rumah/orang tua.
    2)      Menyampaikan kepada orang tua tentang permasalahan anaknya
    3)      Membangun komitmen orang tua terhadap penanganan masalah anaknya
                Pelaksanaan kunjungan rumah memerlukan perencanaan dan persiapan yang matang dari guru pembimbing dan memerlukan kerja sama yang baik dari pihak orang tua serta atas persetujuan kepala sekolah. Fungsi utama yang ditopang oleh kegiatan kunjungan rumah ialah fungsi pemahaman (Dewa ketut sukardi, 2002: 237).
    Kegiatan konselor di rumah orang tua siswa, sesuai dengan agenda yang telah disampaikan kepada orang tua, dapat berupa wawancara, pengamatan terhadap fasilitas belajar anak di rumah, diskusi atau bimbingan dan konseling kelompok dengan sejumlah anggota keluarga, pengisian daftar isisan, dan lain-lain. Laporan kunjungan rumah dibuat secara khusus dan diletakkan pada himpunan data. Hasil kunjungan rumah dapat langsung dipakai sebagai bahan pertimbangan penanganan masalah, dan dapat pula digunakan di dalam konfersi kasus.

    c.              Alih Tangan
        Kegiatan alih tangan meliputi dua jalur, yaitu jalur kepada konselor dan jalur dari konselor. Jalur kepada konselor, dalam arti konselor menerima “kiriman” klien dari pihak-pihak lain, seperti orang tua, kepala sekolah, guru, pihak atau ahli lain. Sedang jalur dari konselor, dalam arti konselor “mengirimkan” klien yang belum tuntas ditangani kepada ahli-ahli lain, seperti konselor yang lebih senior, konselor yang membidangi spesialisai tertentu, ahli-ahli lain (misalnya guru bidang studi, psikologi, psikiater, dokter).
    Konselor menerima klien dari pihak lain dengan harapan klien itu dapat ditangani sesuai dengan permasalahan klien yang belum atau tidak tuntas ditangani oleh pihak lain, atau permasalahan permasalahan klien itu tidak sesuai dengan bidang keahlian pihak yang mengirimkan klien itu. Di sisi lain, konselor mengalihtangankan klien kepada pihak lain apabila masalah yang dihadapi masalah yang dihadapi klien memang di luar kewenangan konselor untuk menanganinya, atau setelah konselor berusaha sekuat tenaga memberikan bantuan, namun permasalahan klien belum berhasil ditangani secara tuntas.
    Cornier & Bernard (1982) mengemukakan beberapa praktek yang salah yang hendaknya tidak dilakukan konselor dalam kegiatan alih tangan, yaitu:
    1)      Klien tidak diberi alternatif pilihan kepada ahli mana ia akan dialihtangankan
    2)      Konselor menggalihtangankan klien kepada pihak yang keahliannya diragukan, atau kepada ahli yang reputasinya kurang dikenal.
    3)      Konselor membicarakan permasalahan klien kepada calon ahli tempat alih tangan tanpa persetujuan klien.
    4)      Konselor menyebutkan nama klien kepada calon ahli tempat alih tangan






    BAB III
    PENUTUP


    A.  Kesimpulan
    Dari makalah yang kami buat dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan berbagai layanan tersebut perlu ditunjang oleh sejumlah kegiatan. Instrumentasi bimbingan dan konseling dengan mempergunakan berbagai teknis tes dan non-teknis perlu dikembangkan oleh konselor. Kegiatan penunjang lain yang cukup pending adalah konferensi kasus, kunjungan ke rumah, dan penyelenggaraan alih tangan. Masing-masing kegiatan tersebut memiliki tujuan dan pola-pola pelaksanaannya sendiri yang kesemunya tidak lain untuk meningkatkan penyelenggaraan dan keberhasilan segenap fungsi pelayanan bimbingan dan konseling.

    B.  Saran
    Saran yang ingin penulis kemukakan dalam kegiatan pendukung bimbingan dan konseling ini adalah antara konselor dan klien harus sungguh-sungguh dalam pemecahan masalah-masalah yang dihadapai klien, demi kepentingan pribadi klien dan konselor tersebut. Setiap kegiatan yang dilakukan harus sesuai dengan perencanaan yang disetujui.


      

    DAFTAR RUJUKAN


    Dewa, Ketut Sukardi. 2006. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling Di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta
    Hallen. 2000Bimbingan dan Konseling. Jakarta. Ciputat Pers

    Prayitno dan Amti. 2009. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta

    Belum ada Komentar untuk "MAKALAH KEGIATAN PENDUKUNG LAYANAN BIMBINGAN KONSELING"

    Posting Komentar

    Iklan Atas Artikel

    Iklan Tengah Artikel 1

    Iklan Tengah Artikel 2

    Iklan Bawah Artikel