MAKALAH KEGIATAN PENDUKUNG LAYANAN BIMBINGAN KONSELING
Selasa, 03 Oktober 2017
Tambah Komentar
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Masalah pelayanan bimbingan dan konseling merupakan bagian yang
tidak terpisahkan (integral) dari keseluruhan program pendidikan. Program
bimbingan menunjang tercapainya tujuan pendidikan yaitu perkembangan individu
secara optimal. Oleh karena itu, kegiatan bimbingan dan konseling harus
diselenggarakan dalam bentuk kerjasama sejumlah orang untuk mencapai suatu
tujuan. Kegiatan itu harus diselenggarakan secara teratur, sistematik dan
terarah atau berencana, agar benar-benar berdaya dan berhasil guna bagi
pertumbuhan dan perkembangan siswa.Bimbingan
merupakan bantuan kepada individu dalam menghadapi persoalan-persoalan yang
dapat timbul dalam hidupnya. Bantuan semacam itu sangat tepat jika diberikan di
sekolah, supaya setiap siswa lebih berkembang ke arah yang semaksimal mungkin.
Dalam pemberian kegiatan pendukung bimbingan konseling
bahwa kegiatan pendukung bimbingan konseling meliputi aplikasi instrumen
bimbingan konseling, penyelenggaraan himpunan data, dan kegiatan khusus. Dalam
ketiga kegiatan pendukung bimbingan konseling tersebut dilakukan agar setiap
permasalahan yang dihadapi siswa dapat diselesaikan sehingga tidak menggangu
jalannya proses pembelajaran. Dengan demikian siswa dapat mencapai prestasi
belajar secara optimal tanpa mengalami hambatan dan permasalahan pembelajaran
yang cukup berarti. Berdasar latar belakang tersebut, makalah ini akan membahas
tentang kegiatan pendukung bimbingan dan konseling.
B. Rumusan
Masalah
1. Apa pengertian kegiatan pendukung bimbingan dan konseling?
2. Apa saja macam-macam kegiatan pendukung bimbingan dan
konseling ?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian kegiatan pendukung dalam bimbingan dan konseling.
2. Mengetahui macam-macam kegiatan pendukung
bimbingan dan konseling.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kegiatan
Pendukung Bimbingan dan Konseling
Menurut Prayitno dan Amti
dalam (Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling 2009:315) Pelaksanaan berbagai jenis
layanan bimbingan dan konseling memerlukan sejumlah kegiatan pendukung. Agaknya
Memang benar bahwa alat dan kelengkapan yang paling handal dimiliki konselor untuk
menjalankan tugas-tugas pelayanan ialah mulut dan berbagai keterampilan
berkomunikasi, baik verbal maupun non verbal. Kegiatan pendukung bimbingan
dan konseling adalah usaha untuk mengumpulkan data dan keterangan tentang diri
peserta didik (klien) dan keterangan tentang lingkungannya, baik itu di
lingkungan keluarga, sekolah, ataupun dilingkungan sekitarnya. Kegiatan ini
dimaksudkan agar para pembimbing dan guru lebih mudah memahami
potensi dan kekuatan, serta masalah yang dihadapi klien. dengan kegiatan
pendukung ini diharapkan akan terkumpul data-data yang akurat yang dihadapi
oleh seorang klien.
Kegiatan pendukung pada
umumnya tidak ditujukan secara langsung untuk memecahkan atau mengentaskan
masalah klien melainkan untuk memungkinkan di perolehnya data dan keterangan
lain serta kemudahan-kemudahan atau komitmen yang akan membantu kelancaran dan
keberhasilan kegiatan layanan terhadap klien. Kegiatan pendukung ini umumnya
dilaksanakan tanpa kontak langsung dengan sasaran layanan ( Hallen, 2000:89 )
B. Macam-Macam
Kegiatan Pendukung Bimbingan dan Konseling
Untuk menunjang kelancaran
pemberian layanan-layanan perlu dilaksanakan berbagai kegiatan pendukung Dalam
hal ini, terdapat tiga jenis kegiatan pendukung bimbingan dan konseling, yaitu:
1.
Aplikasi Instrumen Bimbingan dan Kurikulum
Aplikasi Instrumentasi adalah
upaya pengungkapan melalui pengukuran dengan memakai alat ukur atau instrument
tertentu atau kegiatan menggunakan instrumen untuk mengungkapkan kondisi
tertentu atas diri siswa. Hasil aplikasi ditafsirkan, disikapi dan digunakan
untuk memberikan perlakuan terhadap klien dalam bentuk layanan konseling.
Instrumen bimbingan dan
konseling digunakan dan dikembangkannya berbagai instrumen, baik berupa tes
maupun non-tes.
a.
Instrumen Tes
Tes merupakan prosedur untuk
mengungkapkan tingkah laku seseorang dan menggambarkan dalam bentuk skala angka
atau klasifikasi tertentu (Cronbach, 1970). Dalam bentuk nyata tes berbentuk
serangkaian pertanyaan (tertulis atau lisan) yang harus dijawab atau dikerjakan
oleh orang yang di tes. Jawaban atau pengerjaan atas pertanyaan atau tugas
dijadikan dasar untuk menentukan tingkat pengetahuan, kemampuan, keterampilan,
sikap atau kualifikasi orang yang bersangkutan. Ada beberapa macam tes, seperti
tes intelegensi, tes bakat, tes kepribadian, tes hasil belajar, tes diagnostik.
Secara umum kegunaan berbagai tes itu ialah membantu konselor dalam:
1) Memperoleh dasar-dasar
pertimbangan berkenaan dengan berbagai masalah pada individu yang di tes,
seperti masalah penyesuaian dengan lingkungan, masalah prestasi atau hasil
belajar, masalah penempatan atau penyaluran.
2) Memahami sebab-sebab
terjadinya masalah diri individu.
3) Mengenali individu (misalnya
disekolah) yang memiliki kemampuan yang sangat tinggi atau sangat rendah yang
memerlukan bantuan khusus.
4) Memperoleh gambaran tentang
kecakapan, kemampuan, atau keterampilan seorang individu dalam bidang tertentu.
Berbagai hal yang dipeloleh
konselor dari hasil tes dapat digunakan untuk menetapkan jenis layanan yang
perlu diberikan kepada individu yang dimaksudkan.
b.
Instrumen Non-Tes
Instrument non tes meliputi
berbagai prosedur, seperti pengamatan, wawancara, catatan anecdote, angket,
sosiometri, dan inventori yang dibekukan ( Prayitno dan Erman Amti, 2004:319).
Agar diperoleh hasil yang terandalkan, pengamatan dan wawancara dilakukan
dengan mempergunakan pedoman pengamatan dan pedoman wawancara.
a) Pengamatan dan
wawancara, dilakukan dengan mempergunakan pedoman pengamatan atau pedoman wawancara.
b) Catatan anekdot,
hasil pengamatan, khususnya tingkah laku yang tidak biasa atau khusus yang
perlu mendapatkan perhatian sendiri.
c) Angket dan
daftar isian, untuk mengungkapkan berbagai hal, biasanya tentang diri
individu, oleh individu sendiri.
d) Sosiometri, yakni
untuk melihat dan memberikan gambaran tentang pola hubungan sosial
diantara individu-individu dalam kelompok.
e) Inventori yang
dibakukan, dapat diungkapkan berbagai hal yang biasanya merupakan pokok
pembahasan dalam rangka pelayanan Bimbingan dan Konseling secara lebih
luas, seperti pengungkapan jenis-jenis masalah yang dialami individu,
sikap dan kebiasaan belajar siswa.
2.
Penyelenggaraan Himpunan Data
Menurut Prayitno dan Erman Amti, dalam
(Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling 2004:320) Penyelenggaraan himpunan data yaitu kegiatan pendukung
Bimbingan dan Konseling untuk menghimpun seluruh data dan keterangan yang
relevan dengan keperluan pengembangan peserta didik (klien). Data yang
telah terkumpul melalui berbagai teknik/prosedur untuk sejumlah individu perlu
dihimpun secara cermat. Misalnya di sekolah, seorang konselor yang bertanggung
jawab atas pelayanan bimbingan dan konseling untuk 150-200 orang perlu
mengumpulkan data dalam jenis yang sangat bervariasi dan dalam jumlah yang
cukup banyak. Seluruh data tersebut perlu dihimpun dan disusun menurut suatu
sistem yang jelas, sehingga pemasukan dan pengeluarannya (untuk dipakai) dapat
dilakukan dengan mudah dan tetap terpelihara. Himpunan data pribadi sering disebut
dengan cumulative recorder.
Data yang perlu dikumpulkan,
disusun dan dipelihara meliputi data pribadi dan data umum. Data pribadi siswa
di sekolah, misalnya meliputi berbagai hal dalam pokok-pokok berikut:
a) Identitas
pribadi
b) Latar belakang
rumah dan keluarga
c) Kemampuan
mental, bakat dan kondisi kepribadian
d) Sejarah pendidikan,
hasil belajar, nilai-nilai mata pelajaran
e) Hasil tes
diagnostic
f) Sejarah
kesehatan
g) Pengalaman
ekstra kurikuler dan kegiatan di luar sekolah
h) Minat dan
cita-cita pendidikan dan pekerjaan/jabatan
i) Prestasi khusus yang pernah
diperoleh
Data tersebut sering perlu
dilengkapi dengan hasil-hasil pengamatan dan wawancara, catatan anekdot, hasil
angket dan isian tentang hal-hal tertentu, hasil inventori khusus, misalnya
tentang masalah-masalah yang dialami, sikap dan kebiasaan belajar, serta
pelayanan yang pernah diterima masing-masing siswa.
Beberapa hal perlu mendapatkan
perhatian dalam rangka penyelenggaraan himpunan data dan pemanfaatnnya secara
optimal:
1) Materi himpunan
data yang baik (akurat dan lengkap) sangat berguna untuk memberikan gambaran
yang tepat tentang individu.
2) Data tentang
individu selalu bertambah, berubah, berkembang dan dinamis.
3) Data yang
terkumpul disusun dalam format-format yang teratur rapi menurut sistem
tertentu.
4) Data dalam
himpunan data itu pada dasarnya bersifat rahasia.
5) Mengingat bahwa
data yang terkumpul cukup banyak, harus pula ditambah dan dikurangi sesuai
dengan perkembangan, lagi pula pengeluaran data (untuk dipakai) dan
pemasukannya kembali memakan waktu yang cukup banyak, konselor sering terjebak
oleh pekerjaan rutin penyelenggara himpunan data itu.
Selain berkepentingan dengan
himpunan data pribadi siswa, konselor di sekolah perlu pula mengumpulkan data
umum, yaitu data yang menyangkut berbagai informasi dan berbagai hal tentang
“lingkungan yang lebih luas”. Data umum ini pada umumnya dipakai untuk layanan
orientasi dan informasi, penempatan dan penyaluran. Pengumpulan data umum itu
dapat dilakukan pengamatan, wawancara, angket ataupun daftar isian.
Sedangkan data tentang
berbagai aspek perkembangan dan kehidupan sejumlah siswa atau indivisu di luar
sekolah dapat disebut data kelompok, misalnya gambaran umum tentang cita-cita
pendidikan dan jabatan, masalah-masalah yang dialami, penyebaran prestasi
belajar, sikap dan kebiasaan belajar, hubungan sosial antar anggota kelompok.
Data ini bersifat umum juga, dalam arti bahwa dapat diketahui oleh pihak-pihak
lain, asalkan tidak disebut nama atau identitas dari seseorang yang datanya ada
di dalam kumpulan data itu. Data kelompok dapat dipergunakan untuk layanan
tertentu, seperti layanan bimbingan belajar, bimbingan kelompok, konseling
kelompok, dengan catatan, kerahasiaan setiap pribadi yang ada dalam data
kelompok itu tetap terjaga denga sebaik-baiknya.
3.
Kegiatan Khusus
Masih ada beberapa kegiatan
khusus yang memerlukan perhatian konselor, khususnya konselor yang bekerja di
sekolah, untuk dapat diselenggarakan dengan baik.Akan dibahas tiga kegiatan,
yaitu: konferensi kasus, bimbingan ke rumah siswa, dan alih tangan klien.
a.
Konferensi Kasus
Konfersi kasus diselenggarakan
untuk membicarakan suatu kasus. Di sekolah konfersi kasus biasanya diselenggarakan
untuk membantu permasalahan yang dialami oleh siswa. Tujuan konfersi kasus
ialah untuk:
1) Diperolehnya
gambaran yang lebih jelas, mendalam dan menyeluruh tentang permasalahn siswa.
2) Terkomukasikannya
sejumlah aspek permasalahan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dan yang
bersangkutan, sehingga penanganan masalah itu menjadi lebih mudah dan
tuntas.
3) Terkoordinasinya
penanganan masalah yang dimaksud sehingga upaya penanganan itu lebih efektif
dan efisien.
Sesuai dengan tujuan yang
ingin dicapai itu, maka pihak-pihak yang diundang dan diminta berpartisipasi
secara aktif dan langsung dalam konfersi itu adalah:
1) Mereka yang
berperan sangat menentukan bagi siswa yang bermasalah (seperti orang tua/guru)
2) Pihak yang
diharapkan dapat memberikan keterangan ataupun masukan berkenaan permasalahan
di atas
3) Pihak-pihak lain
yang diharapkan dapat ikut memberikan kemudahan bagi penanganan masalah siswa.
Dengan demikian tampak bahwa
para peserta konfersi kasus itu sangat mungkin berasal dari latar belakang yang
berbeda-beda, dengan wawasan yang berbeda, dan menghadiri konfersi itu dengan
persepsi awal dan tujuan yang berbeda-beda pula. Oleh karena itu, sebelum
pembicaraan tentang permasalahan dimulai, konselor perlu terlebih dahulu
mengembangkan struktur pertemuan secara keseluruhan.
Konfersi kasus untuk satu
permasalahan dapat dilakukan dengan beberapa kail, sesuai dengan perkembangan
penanganan masalah yang dimaksud. Untuk setiap pertemuan yang diadakan,
konselor perlu membuat agenda yang jelas. Lebih jelas, laporan setiap
penyelenggaran dan hasil-hasil setiap pertemuan juga perlu disusun. Hasil dan
laporan konfersi kasus ini dimasukkan ke dalam himpunan data.
b.
Kunjungan Rumah
Penanganan permasalahan siswa seringkali
memerlukan pemahaman yang lebih jauh tentang suasana rumah atau keluarga siswa.
Untuk itu perlu dilakukan kunjungan rumah. Kunjungan rumah tidak perlu
dilakukan untuk seluruh siswa, melainkan hanya untuk siswa yang permasalahan
menyangkut dengan kadar yang cukup kuat peranan rumah atau orang tua sajalah
yang memerlukan kunjungan rumah. Lebih jauh, data atau keterangan tentang rumah
orang tua boleh jadi juga tidak perlu diperoleh melalui kunjungan rumah oleh
konselor. Cara yang lebih praktis untuk memperoleh data yang dikendaki itu,
selain melalui wawancara secara langsung dengan siswa yang bersangkutan, ialah
melalui wawancara dengan orang tua yang dipanggil datang ke sekolah.
Kegiatan kunjungan rumah, dan
juga pemanggilan orang tua ke sekolah, setidak-tidaknya memiliki tiga tujuan
utama, yaitu:
1) Memperoleh data
tambahan tentang permasalahan siswa, khususnya yang bersangkut paut dengan
keadaan rumah/orang tua.
2) Menyampaikan
kepada orang tua tentang permasalahan anaknya
3) Membangun
komitmen orang tua terhadap penanganan masalah anaknya
Pelaksanaan kunjungan rumah
memerlukan perencanaan dan persiapan yang matang dari guru pembimbing dan
memerlukan kerja sama yang baik dari pihak orang tua serta atas persetujuan
kepala sekolah. Fungsi utama yang ditopang oleh kegiatan kunjungan rumah ialah
fungsi pemahaman (Dewa ketut sukardi, 2002: 237).
Kegiatan konselor di rumah
orang tua siswa, sesuai dengan agenda yang telah disampaikan kepada orang tua,
dapat berupa wawancara, pengamatan terhadap fasilitas belajar anak di rumah,
diskusi atau bimbingan dan konseling kelompok dengan sejumlah anggota keluarga,
pengisian daftar isisan, dan lain-lain. Laporan kunjungan rumah dibuat secara
khusus dan diletakkan pada himpunan data. Hasil kunjungan rumah dapat langsung
dipakai sebagai bahan pertimbangan penanganan masalah, dan dapat pula digunakan
di dalam konfersi kasus.
c.
Alih Tangan
Kegiatan alih tangan meliputi
dua jalur, yaitu jalur kepada konselor dan jalur dari konselor. Jalur kepada
konselor, dalam arti konselor menerima “kiriman” klien dari pihak-pihak lain,
seperti orang tua, kepala sekolah, guru, pihak atau ahli lain. Sedang jalur
dari konselor, dalam arti konselor “mengirimkan” klien yang belum tuntas
ditangani kepada ahli-ahli lain, seperti konselor yang lebih senior, konselor
yang membidangi spesialisai tertentu, ahli-ahli lain (misalnya guru bidang
studi, psikologi, psikiater, dokter).
Konselor menerima klien dari
pihak lain dengan harapan klien itu dapat ditangani sesuai dengan permasalahan
klien yang belum atau tidak tuntas ditangani oleh pihak lain, atau permasalahan
permasalahan klien itu tidak sesuai dengan bidang keahlian pihak yang
mengirimkan klien itu. Di sisi lain, konselor mengalihtangankan klien kepada pihak
lain apabila masalah yang dihadapi masalah yang dihadapi klien memang di luar
kewenangan konselor untuk menanganinya, atau setelah konselor berusaha sekuat
tenaga memberikan bantuan, namun permasalahan klien belum berhasil ditangani
secara tuntas.
Cornier & Bernard (1982)
mengemukakan beberapa praktek yang salah yang hendaknya tidak dilakukan
konselor dalam kegiatan alih tangan, yaitu:
1) Klien tidak
diberi alternatif pilihan kepada ahli mana ia akan dialihtangankan
2) Konselor menggalihtangankan
klien kepada pihak yang keahliannya diragukan, atau kepada ahli yang
reputasinya kurang dikenal.
3) Konselor
membicarakan permasalahan klien kepada calon ahli tempat alih tangan tanpa
persetujuan klien.
4) Konselor
menyebutkan nama klien kepada calon ahli tempat alih tangan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari makalah yang kami buat
dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan berbagai layanan tersebut perlu ditunjang
oleh sejumlah kegiatan. Instrumentasi bimbingan dan konseling dengan
mempergunakan berbagai teknis tes dan non-teknis perlu dikembangkan oleh
konselor. Kegiatan penunjang lain yang cukup pending adalah konferensi kasus,
kunjungan ke rumah, dan penyelenggaraan alih tangan. Masing-masing kegiatan
tersebut memiliki tujuan dan pola-pola pelaksanaannya sendiri yang kesemunya
tidak lain untuk meningkatkan penyelenggaraan dan keberhasilan segenap fungsi
pelayanan bimbingan dan konseling.
B. Saran
Saran yang ingin penulis kemukakan dalam kegiatan pendukung
bimbingan dan konseling ini adalah antara konselor dan klien harus
sungguh-sungguh dalam pemecahan masalah-masalah yang dihadapai klien, demi
kepentingan pribadi klien dan konselor tersebut. Setiap kegiatan yang dilakukan
harus sesuai dengan perencanaan yang disetujui.
DAFTAR
RUJUKAN
Dewa, Ketut Sukardi. 2006. Pengantar Pelaksanaan Program
Bimbingan dan Konseling Di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta
Hallen. 2000. Bimbingan dan
Konseling. Jakarta. Ciputat Pers
Prayitno dan Amti.
2009. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling.
Jakarta: Rineka Cipta
Belum ada Komentar untuk "MAKALAH KEGIATAN PENDUKUNG LAYANAN BIMBINGAN KONSELING"
Posting Komentar